Wednesday, May 4, 2016

PERTOLONGAN PERTAMA PADA GAWAT DARURAT (PPGD)


A.  TEORI DASAR PERTOLONGAN PERTAMA
1.            PENGERTIAN PERTOLONGAN PERTAMA 
Pemberian Pertolongan kepada penderita sakit atau cidera / kecelakaan yang memerlukan penanganan medis dasar.
2.            PENGERTIAN MEDIS DASAR
Tindakan perawatan berdasarkan  Ilmu Kedokteran yang dapat dimiliki oleh Awam atau awam yang terlatih secara khusus. batasannya adalah sesuai dengan sertifikat yang dimiliki oleh Pelaku Pertolongan Pertama.
3.            PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
Penolong yang pertama kali tiba di tempat kejadian,yang memiliki kemampuan pertolongan kasus gawat darurat terlatih dalam penanganan medis dasar.
3.1         TUJUAN PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Menyelamatkan jiwa penderita.
b.  Mencegah cacat pada korban
c.   Membantu proses penyembuhan dan Memberikan rasa nyaman
3.2   KEWAJIBAN PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Menjaga keselamatan diri, Anggota Tim, penderita dan sekitarnya.
b.  Dapat menjangkau penderita dalam kasus kecelakaan atau musibah kemungkinan  Pelaku harus memindahkan penderita lain untuk  dapat menjangkau penderita yang lebih parah.
c.   Dapat mengenali dan mengatasi masalah yang mengancam jiwa.
d.  Meminta bantuan / rujukan. pelaku pertolongan pertama harus bertanggung jawab sampai bantuan rujukan mengambil alih penanganan penderita.
e.   Memberikan Pertolongan dengan cepat dan tepat berdasarkan keadaan korban.
f.    Membantu pelaku pertolongan pertama lainnya.
g.  Ikut menjaga kerahasiahan medis penderita.
h.  Melakukan komunikasi dengan petugas lain yang terlibat.
i.    Mempersiapkan penderita untuk ditransportasi
3.3         KUALIFIKASI PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
a.   Jujur dan bertanggung jawab
b.  Berlaku profesional
c.   Kematangan emosi, Pada keadaan tertentu  kondisi penderita emosional juga keluarga penderita yang tak dapat menerima kenyataan yang di  alami penderita dalam hal ini pelaku harus menenagkan diri, serta dapat menenangkan penderita dan keluarga juga sabar tidak panik dan gugup dalam menghadapi penderita.
3.4         PERALATAN DASAR PELAKU PERTOLONGAN PERTAMA
Dalam melakukan tugasnya Pelaku Pertolongan Pertama memerlukan peralatan dasar dan dapat di bagi dua, yaitu  Alat Perlindungan diri dan Peralatan minimal untuk melakukan tugasnya.
3.4.1      BEBERAPA MACAM APD
1.     Sarung tangan lateks
2.     Kacamata pelindung
3.     Baju Pelindung
4.     Masker Penolong
5.     Masker Resusitasi
6.     Helm
3.4.2      PERALATAN PERTOLONGAN PERTAMA
1.     Kasa steril
2.     Bantalan kasa
3.     Pembalut
4.     Pembalut Gulung/Pita
5.     Pembalut segitiga/Mitela
6.     Pembalut Tabung
7.     Pembalut rekat/Plister
8.     Cairan anti septik
9.     Alkohol 70 %
10.   Iodine
11.   Cairan pencuci mata
12.   Peralatan Stabilisasi,Bidai, Papan spinal panjang, Papan Spinal Pendek
13.   Pinset
14.   Senter
15.   Kapas
16.   Selimut
17.   Kartu Penderita
18.   Alat Tulis
19.   Oksigen
20.   Tensimeter dan stetoskop
21.   Tandu



3.5      DASAR HUKUM
Pasal 531 K U H Pidana
“Barang siapa menyaksikan sendiri ada orang didalam keadaan bahaya maut, lalai memberikan atau mengadakan pertolongan kepadanya sedang pertolongan itu dapat diberikannya atau diadakannya dengan tidak akan menguatirkan, bahwa ia sendiri atau orang lain akan kena bahaya dihukum kurungan selama-lamanya  tiga bulan atau denda sebanyak-banyaknya Rp 4.500,-. Jika orang yang perlu ditolong itu mati, diancam dengan  : KUHP 45, 165, 187, 304 s, 478, 525, 566
Di dalam undang-undang ditemukan beberapa pasal yang mengatur mengenai Pertolongan Pertama, namun belum dikuatkan dengan peraturan lain untuk melengkapinya. Beberapa pasal yang berhubungan dengan Pertolongan Pertama antara lain :
Persetujuan Pertolongan
Saat memberikan pertolongan sangat penting untuk meminta izin kepada korban terlebih dahulu atau kepada keluarga, orang disekitar bila korban tidak sadar. Ada 2 macam izin yang dikenal dalam pertolongan pertama :
1.     Persetujuan yang dianggap diberikan atau tersirat ( Implied Consent )
Persetujuan yang diberikan penderita sadar dengan cara memberikan isyarat, atau penderita tidak sadar, atau pada anak kecil yang tidak mampu atau dianggap tidak mampu memberikan persetujuan.
2.     Persetujuan yang dinyatakan ( Expressed Consent )
Persetujuan yang dinyatakan secara lisan maupun tulisan oleh penderita.
4.         ANATOMI (SUSUNAN TUBUH)
Anatomi adalah ilmu yang mempelajari susunan tubuh dan bentuk tubuh
4.1      FISIOLOGI (FAAL TUBUH)
Ilmu yang mempelajari faal (fungsi) bagian dari alat  atau jaringan tubuh.
4.2      POSISI ANATOMIS
Tubuh manusia diproyeksikan menjadi suatu posisi yang dikenal sebagai posisi anatomis, yaitu berdiri tegak, ke dua lengan di samping tubuh, telapak tangan menghadap ke depan. Kanan dan kiri mengacu pada kanan dan kiri penderita.
4.3      BIDANG ANATOMIS
Dalam posisi seperti ini tubuh manusia dibagi menjadi beberapa bagian oleh 3 buah bidang khayal, yaitu :
1.   Bidang Medial
yang membagi tubuh menjadi kiri dan kanan
2.   Bidang Frontal
yang membagi tubuh menjadi depan (anterior) dan bawah (posterior)
3.   Bidang Transversal
yang membagi tubuh menjadi atas (superior) dan bawah (inferior)
Istilah lain yang juga dipergunakan adalah untuk menentukan suatu titik lebih dekat ke titik referensi (proximal) dan lebih jauh ke titik referensi (distal).
4.4      PEMBAGIAN ( REGIO ) TUBUH MANUSIA 
Tubuh manusia dikelilingi oleh kulit dan diperkuat oleh rangka. Secara garis besar, tubuh manusia dibagi menjadi :
a.   Kepala
Tengkorak ( Cranium ) , Wajah, dan Rahang Bawah ( Mandibula )
b.  Leher
c.   Batang Tubuh
Dada ( Thorax ), Perut ( Abdomen ), Punggung, dan Panggul ( Pelvis )
d.  Anggota Gerak Atas
Sendi bahu, lengan atas, lengan bawah, siku, pergelangan tangan, tangan.
e.   Anggota Gerak Bawah
Sendi panggul, tungkai atas, lutut, tungkai bawah, pergelangan kaki, kaki.
4.5      RONGGA DALAM TUBUH MANUSIA
Selain pembagian tubuh maka juga perlu dikenali 5 buah rongga yang terdapat di dalam tubuh yaitu :
a.   Rongga tengkorak
Berisi otak dan bagian-bagiannya
b.  Rongga tulang belakang
Berisi bumbung saraf atau “spinal cord
c.   Rongga dada
Berisi jantung dan paru
d.  Rongga perut (abdomen)
Berisi berbagai berbagai organ pencernaan

Untuk mempermudah, perut manusia dibagi menjadi 4 bagian yang dikenal sebagai kwadran sebagai berikut:
i.    Kwadran kanan atas (hati, kandung empedu, pankreas dan usus)
ii.   Kwadran kiri atas (organ lambung, limpa dan usus).
iii. Kwadran kanan bawah (terutama organ usus termasuk usus buntu)
iv. Kwadran kiri bawah (terutama usus).
e.   Rongga panggul
Berisi kandung kemih, sebagian usus besar, dan organ reproduksi dalam
4.6      SISTEM DALAM TUBUH MANUSIA
Agar dapat hidup tubuh manusia memiliki beberapa sistem:
1.     Sistem Rangka (kerangka/skeleton)
-     Menopang bagian tubuh
-     Melindungi organ tubuh
-    Tempat melekat otot dan pergerakan tubuh
-     Memberi bentuk bangunan tubuh

2.   Sistem Otot (muskularis)
Memungkinkan tubuh dapat bergerak
3.   Sistem pernapasan (respirasi)
Pernapasan bertanggung jawab untuk memasukkan oksigen dari udara bebas ke dalam darah dan mengeluarkan karbondioksida dari tubuh.
4.   Sistem peredaran darah (sirkulasi)
Sistem ini berfungsi untuk mengalirkan darah ke seluruh tubuh.
5.   Sistem saraf (nervus)
Mengatur hampir semua fungsi tubuh manusia. Mulai dari yang disadari sampai  yang tidak disadari
6.   Sistem pencernaan (digestif)
Berfungsi untuk mencernakan makanan yang masuk dalam tubuh sehingga siap masuk ke dalam darah dan siap untuk dipakai oleh tubuh
7.   Sistem Klenjar Buntu (endokrin)
8.   Sistem Kemih (urinarius)
9.   Kulit
10.   Panca Indera
11.   Sistem Reproduksi

5.         INCIDENT COMMAND SYSTEM ( ICS )
Di sini tidak akan dijelaskan secara rinci mengenai hal ini karena bahasan ini merupakan suatu topik pelatihan sendiri. Perlu diketahui oleh penolong  bahwa sistem ini sebenarnya sudah ada dan baku, pelaksanaannya tergantung dari masing-masing daerah.
Di Indonesia ICS ini sering dikenal sebagai POSKO, yang tugas dasarnya adalah mengatur penanggulangan korban banyak atau bencana. Bagaimana melakukan pemilahan korban, bagaimana dan kemana korban di evakuasi, menggunakan apa, siapa yang bertugas di mana, kemana dan semua hal lain yang berhubungan dengan pengaturan di lokasi.
Secara umum pada penanggulangan korban banyak perlu di atur tempat sedemikian rupa sehingga ada :
1.    Daerah triage
Pada dasarnya daerah ini merupakan areal kejadian.
2.    Daerah pertolongan
Setelah pasien ditentukan triagenya maka dipindahkan ke daerah penampungan di mana pertolongan diberikan.
3.    Daerah transportasi
Pada daerah ini berkumpul semua kendaraan yang akan digunakan untuk mengevakuasi para korban, termasuk pencatatan data pengiriman korban.
4.    Daerah penampungan penolong dan peralatan
Pada daerah ini para penolong yang baru datang atau sudah bekerja berkumpul, di data dan di atur pembagian kerjanya. Bila kejadiannya besar maka daerah penampungan juga diperlukan untuk peralatan, barang-barang lainnya.
 5.1      PERAN PENOLONG PERTAMA
Sebagai penolong kita harus mengetahui sistem yang ada, terutama apa yang harus dilakukan pada fase awal, pada dasarnya penolong harus :
1.     Mendirikan Posko dan komandonya
2.     Menilai keadaan
3.     Meminta bantuan sesuai keperluan
4.     Mulai melakukan triage
5.2      PENILAIAN KEADAAN
Setelah menentukan suatu kejadian sebagai kasus dengan korban banyak maka hal yang paling penting dilakukan adalah menahan diri untuk tidak langsung memberikan pertolongan kepada perorangan. Nilai hal-hal sebagai berikut :
1.     Keadaan
2.     Jumlah penderita
3.     Tindakan khusus
4.     Sumber daya yang kira-kira akan diperlukan
5.     Hal lain yang dapat berdampak pada situasi dan kondisi
6.     Berapa banyak sektor yang diperlukan
7.     Wilayah atau areal penampungan
Buatlah suatu laporan singkat, sehingga bantuan yang akan datang akan sesuai dengan keperluan.
B.        TEKNIK PENANGANAN GAWAT DARURAT
1.      KEDARURATAN MEDIS
1.1   DEFINISI
Keadaan penderita yang disebabkan adanya gangguan fungsi tubuh sehingga kemungkinan mengalami cidera misal kehilangan kesadaran lalu terjatuh sehingga terjadi luka. Kesimpulan mengenai keadaan yang dihadapi hampir 80% diperoleh berdasarkan wawancara dengan penderita bila sadar, keluarganya atau saksi mata dan sumber informasi lainnya. Dalam penatalaksanaan penderita yang paling penting adalah menjaga jalan napas dan memantau tanda vital penderita secara teratur.
1.2   TANDA DAN GEJALA – GEJALA
Gejala :
1.      Demam
2.      Nyeri
3.      Mual, muntah
4.      Buang air kecil berlebihan atau tidak sama sekali
5.      Pusing, perasaan mau pingsan, merasa akan kiamat
6.      Sesak atau merasa sukar bernapas
7.      Rasa haus atau lapar berlebihan, rasa aneh pada mulut
Tanda :
1.   Perubahan status mental (tidak sadar, bingung)
2.   Perubahan irama jantung : nadi  cepat atau sangat lambat, tidak teratur, lemah atau sangat kuat.
3.   Perubahan pernapasan: irama dan kualitas warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
4.   Perubahan keadaan kulit : suhu, kelembaban, keringat berlebihan, sangat kering, termasuk perubahan warna pada selaput lendir (pucat, kebiruan, terlalu merah)
5.   Manik mata : sangat lebar, atau sangat kecil
6.   Bau khas dari mulut atau hidung
7.   Aktivitas otot misalnya kejang atau kelumpuhan
8.   Gangguan saluran cerna : mual, muntah atau diare
9.   Tanda-tanda lainnya yang seharusnya tidak ada.
Anggap semua keluhan penderita adalah benar. Bila penderita merasa tidak enak atau nyaman maka perlakukan sebagai kasus medis.
a.      SECARA UMUM GANGGUAN MEDIS ADALAH
–          Gangguan Jantung dan Pernapasan
–          Gangguan kesadaran dan perubahan setatus mental
–          Gangguan akibat perubahan lingkungan
–          Keracunan
B.     CARA PENANGANAN GANGGUAN MEDIS
a.    Gangguan Jantung dan pernapasan:
Terjadi akibat tersumbatnya jalan napas , tidak menemukan adanya napas dan atau tidak ada nadi, maka penolong harus melakukan tindakan bantuan hidup dasar, yaitu      :
–       Melakukan bantuan pernapasan
–       Melakukan RJP
  • BOLUS =  2 x Nafas Awal
b.    Penyebab orang tidak sadarkan diri :
–          Kegagalan jantung memompa darah
–          Kehilangan darah dalam jumlah yg besar
–          Pelebaran pembuluh darah yang luas , sehingga darah tidak dapat mengisinya dengan baik
–          Kekurangan cairan tubuh yang banyak misalnya diare
c.    Tanda orang tidak sadarkan diri:
–         Pernapasan cepat dan dangkal
–         Nadi Cepat dan lemah
–         Kulit pucat dingin dan lembab
–         Wajah pucat, perubahan warna pada bibir, lidah dan kuping
–         Mata pandangan hampa ,pupil melebar
C.   Gejala orang tidak sadarkan diri :
–          Mual dan mungkin muntah
–          Haus
–          Lemah
–          Pusing
–          Gelisah dan takut mati
D.   Penanganan orang  tidak sadarkan diri :
–          Bawa penderita ketempat teduh dan aman
–          Tidurkan telentang,tungkai di tinggikan 20-30 cm
–          Pakaian yang mengikat dilonggarkan
–          Berikan rangsangan pernapasan
–          Tenangkan penderita
–          Berikan minum hangat manis Teh,Kopi
–          Pastikan jalan napas, Periksa nadi
Pada dasarnya yang pertama menemukan penderita gawat darurat di tempat musibah adalah masyarakat. Oleh karena itu sangatlah bermanfaat bila orang awam diberi dan dilatih pengetahuan dan keterampilan PPGD
a.   Pada fase pra–rumah sakit dapat diketahui bahwa nasib korban tergantung pada 3 kecepatan :
1.     Kecepatan ditemukannya korban dengan tingkat kesadaran dan pengetahuan Masyarakat yang tinggi, maka kecepatan menemukan korban dapat dicapai dengan lebih singkat.
2.     Kecepatan minta pertolongan akan sangat mempengaruhi cepat lambat datanggya pertolongan medis yang diperlukan.
3.     Kecepatan dan ketepatan pertolongan tergantung pada keahlian penolong. Resiko untuk meninggal atau cacat sangat dipengaruhi oleh kecepatan pertolongan yang diberikan sehingga untuk memperbaiki resiko kematian atau cacat kematian atau cacat diperlukan penolong yang lebih terdidik dan terlatih.
b.  Faktor yang mempengaruhi Kecepatan dan Ketepatan Pertolongan
–          Faktor komunikasi
–          Faktor Keterampilan
–          Faktor Evakuasi korban
c.   Pada saat tiba di lokasi kejadian kewajiban penolong harus :
–          Memastikan keselamatan penolong, penderita dan orang – orang disekitar lokasi kejadian
–          Penolong harus memperkenalkan diri bila memungkinkan nama penolong , nama Organisasi, Permintaan
–          Menentukan keadaan umum kejadian dan mulai melakukan penilaian dini dari penderita
–          Mengenali dan mengatasi gangguan /  cidera yang mengancam nyawa
–          Stabilkan penderita dan teruskan pemantauannya
–          Minta bantuan
–          Melakukan Resusitasi Jantung Paru
d.     Kemampuan yang harus dimiliki oleh orang awam adalah  :
–       Cara minta tolong
–       Resusitasi jantung paru
–       Cara menghentikan pendarahan
–       Cara memasang pembalutan
–       Cara memasang bidai
–       Cara evakuasi penderita gawat darurat
e.    Pelaku terlatih perlu untuk dapat :
–          Mengenal tanda pasti henti jantung
–          Memberikan tindakan RJP
–          Memanggil Pelayanan Medik Darurat
f.       Tujuan dari evakuasi adalah memindahkan korban dengan cepat tetapi aman sehingga tidak menimbulkan luka  / penderita tambahan ataupun syok pada korban.

2.      PENILAIAN DAN PEMERIKSAAN KORBAN
Ada 6 hal yang harus dinilai dan diperiksa pada setiap kejadian yang membutuhkan teknik penanganan gawat darurat, yaitu       :
1.   PENILAIAN KEADAAN ( SIZE UP )
–            Bagaimana Kondisi saat itu
–            Kemungkinan apa saja yang akan terjadi
–            Bagaimana mengatasinya
2.   PENILAIAN DINI  (INITIAL ASSESMENT)
Untuk menentukan dapat ditolong atau tidak ( aman / tidak ), ada 6 halyang harus diperhatikan     :
2.1   Kesan Umum ; gambaran umum dari kecelakaan / musibah yang terjadi (Kasus Trauma dan kasus medis.Penolong ,Penderita, orang sekitar lokasi).
2.2   Memeriksa  Respon / Tingkat kesadaran  dari korban  :
A – Awas  (Alert)  :Kesadaran penuh (dapat berkomunikasi )
S – Suara   (Verbal) : Kesadaran penuh, tetapi dengan perintah
N – Nyeri (Painfull) : Kesadarannya dengan rangsangan nyeri (biasanya ada fracture).
T – Tidak respon (Unresponsive) : Tidak sadar sama sekali
.
2.3   Penguasaan Jalan Napas ( AIRWAY CONTROL )
Gangguan jalan napas dapat disebabkan karena :
ü Masuknya benda asing (makanan, mainan, darah, dll).
ü Struktur anatomisnya (tersumbat lidah, penyempitan saluran pernapasan, kerusakan jaringan, dll).
Cara memastikan jalan napas terbuka dengan baik :
ü Lakukan dengan cara Angkat Dagu Tekan Dahi ( Head Tilt Chin Lift). Tidak dilakukan pada korban yang mengalami trauma kepala, leher maupun tulang belakang
ü Pada korban trauma tulang belakang, lakukan Manuver Tekan Rahang Bawah (Jaw Thrust Maneuver) untuk membuka jalan nafas.Manuver ini juga digunakan untuk mengatasi sumbatan jalan nafas oleh lidah.
“ Langkah membebaskan jalan napas dari sumbatan & menguasainya menjadi prioritas tindakan pada semua kasus “

2.4   Menilai pernapasan ( BREATHING ), dengan cara       :
1.     Lihat pergerakan pernafasannya ( di dada)
2.     Dengarkan hembusan nafasnya
3.     Rasakan hembusan nafasnya
* Untuk korban yang tidak sadar jangan diberi makan / minum
* Lakukan nafas buatan jika ada nadi, tidak ada nafas.
Dewasa: 10 – 12 x / mnt (1,5 -2 dtk / nafas)
Anak (1-8th): 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bayi (0-1 th): > 20 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bayi (BBL): 40 x / mnt (1-1,5 dtk / nafas)
Bahaya bantuan pernapasan dari mulut ke mulut :
1.    Penyebaran penyakit
2.    Kontaminasi bahan kimia
3.    Muntahan penderita.
Teknik memberikan bantuan napas buatan
1.    Melalui mulut penolong menggunakan masker RJP / APD atau secara langsung ke hidung/mulut penderita.
2.    Menggunakan alat bantu berupa masker berkatup (BVM / Bag Valve Mask )

2.5   Menilai sirkulasi ( CIRCULATION ) dan menghentikan pendarahan berat.
ü  Pemeriksaan denyut nadi orang dewasa dan anak pada nadi karotis, sedangkan bayi pada nadi brakialis.
Bayi : 120  –  150  x  / menit
Anak : 80 – 150 x / menit
Dws  : 60  – 150 x / menit
ü  Pemeriksaan denyut nadi min. 5 –10 detik menggunakan 2 -3 jari (dg. telapak jari, bukan punggungnya, juga bukan dengan ibu jari)
ü  Tindakan bantuan sirkulasi dikenal sebagai resusitasi jantung paru, yakni suatu tindakan kombinasi antara pijatan jantung dari luar dengan pernapasan buatan yang dilakukan pada saat seseorang mengalami henti napas & henti jantung.
ü  Penekanan jantung dari luar diharapkan menimbulkan efek pompa pada jantung yang dinilai cukup untuk mengatur sirkulasi darah minimal pada saat mati klinis. (25-30 % dari curah jantung)
ü  Melakukan kontrol perdarahan besar juga merupakan bagian penting dari bantuan sirkulasi
2.6   Hubungi bantuan / kirim korban ke Rumah Sakit.



3.   PEMERIKSAAN FISIK
  • Tujuannya : Menemukan tanda
  • Dengan cara  :
  • Penglihatan
  • Perabaan
  • Pendengaran
  • Perubahan bentuk ( P ) / Deformity
  • Luka Terluka ( L ) / Open Injuries
  • Nyeri Tekan ( N ) / Tendernist
  • Bengkak ( B ) / Suelling
  • Pada Cidera harus di cari
  • Urutan Pemeriksaan : Head  to Toe
Amati dan raba (menggunakan kedua tangan dan dengan tekanan), bandingkan (simetry), cium bau yang tidak biasa dan dengarkan (suara napas atau derit anggota tubuh), dalam urutan berikut:
1.   Kepala
ü  Kulit Kepala dan Tengkorak ( Cranium )
ü  Telinga dan Hidung
ü  Pupil Mata
ü  Mulut
ü  Rahang ( Mandibula )
2.   Leher / Cerviccal
3.   Dada ( Thorax )
ü  Periksa perubahan bentuk, luka terbuka, atau perubahan kekerasan
ü  Rasakan perubahan bentuk tulang rusuk sampai ke tulang belakang
ü  Lakukan perabaan pada tulang
4.   Perut ( Abdomen )
ü  Periksa rigiditas (kekerasan)
ü  Periksa potensial luka dan infeksi
ü  Mungkin terjadi cedera tidak terlihat, lakukan perabaan
ü  Periksa adanya pembengkakan
5.   Punggung
ü  Periksa perubahan bentuk pada tulang rusuk
ü  Periksa perubahan bentuk sepanjang tulang belakang
6.   Panggul ( Pelvis )
7.   Alat gerak ( Extrimitas ) atas
8.   Alat gerak ( Extrimitas ) bawah
  • Pemeriksaan tanda vital
1.    Frekuensi nadi, termasuk kualitas denyutnya, kuat atau lemah, teratur atau tidak
2.    Frekuensi napas, juga apakah proses bernapas terjadi secara mudah, atau ada usaha bernapas, adakah tanda-tanda sesak napas.
3.    Tekanan darah, tidak dilakukan pemeriksaan oleh KSR dasar
4.    Suhu, diperiksa suhu relatif pada dahi penderita. Periksa juga kondisi kulit: kering, berkeringat, kemerahan, perubahan warna dan lainnya.
Denyut Nadi Normal :
Bayi              : 120 – 150 x / menit
Anak             : 80 – 150 x / menit
Dewasa         : 60 – 90 x / menit
Frekuensi Pernapasan Normal: 
Bayi              : 25 – 50 x / menit
Anak             : 15 – 30 x / menit
Dewasa          : 12 – 20 x / menit
  • Suhu tubuh   : 37
4.      RIWAYAT PENDERITA ( SAMPLE )
S – Sign and Symptom ( Tanda dan Gejala )
A – Alergi yang dialami
M – Medicine ( Sejarah Medis )
P – Partinal History ( Sejarah Penyakit )
L – Last Intake Oral ( Makan minum terakhir )
E – Event ( Mekanisme Kejadian )
5.      PEMERIKSAAN BERKALA ATAU LANJUT ( DALAM PERJALANAN )
–          Keadaan respon
–          Nilai kembali jalan napas
–          Nilai kembali pernapasan
–          Periksa kembali nadi penderita
–          Nilai kembali nilai keadaan
–          Periksa kembali secara seksama mungkin ada bagian yang belum diperiksa
–          Nilai kembali penata-laksanaan penderita
–          Pertahankan Komunikasi dengan penderita untuk  menjaga rasa aman dan nyaman
–          Untuk korban prioritas : cek setiap 5 menit – 15 menit sekali.
–          Untuk korban tidak prioritas, cek 15 menit – 30 menit sekali.
6.    PELAPORAN
Biasakanlah untuk membuat laporan secara tertulis. Laporan ini berguna sebagai catatan anda, Organisasi dan bukti medis.
–          Umur dan jenis kelamin penderita
–          Keluhan utama
–          Tingkat respon
–          Kedaan jalan nafas
–          Pernapasan
–          Sirkulasi
–          Pemeriksaan fisik yang penting
–          SAMPLE  yang Penting
–          Penata-laksanaan
–          Perkembangan lainnya yang di anggap penting
–          Dokumentasi

Contoh Pembuatan Laporan Kejadian dan Pelaporan
Nama Penderita         : …………………………….
Umur Pasien             : ……………………………….
Alamat Pasien           : …………………………
Jenis kelamin             : Laki-laki / Perempuan
Uraian kejadian         : …………………………..
Pertolongan yang dilakukan :
Keadaan Pasien        : Sadar / Tidak sadar,
Patah tulang/tidak patah ,
Pendarahan / Tidak pendarahan
Alat dan obat yang digunakan:
Pasien dirujuk ke      : ……………………….
Pelaku Pertolongan  :……………………………..

3.      TEKNIK PENGANGKATAN DAN PEMINDAHAN PENDERITA

3.1   TEKNIK PENGANGKATAN PENDERITA
Saat tiba di lokasi kita mungkin menemukan bahwa seorang korban mungkin harus dipindahkan. Pada situasi yang berbahaya tindakan cepat dan waspada sangat penting. Penangan korban yang salah akan menimbulkan cedera lanjutan atau cedera baru.
3.2   MEKANIKA TUBUH
Gunakan “mekanika tubuh” kita sendiri, dalam mengangkat beban > 15 kg gunakan tungkai paha dan dekatkan posisi benda yang kita angkat dengan tubuh kita. Penggunaan tubuh dengan baik untuk memfasilitasi pengangkatan dan pemindahan korban untuk mencegah cedera pada penolong.
Cara yang salah dapat menimbulkan cedera. Saat mengangkat ada beberapa hal yang harus diperhatikan :
ü  Rencanakan pergerakan sebelum mengangkat
ü  Gunakan tungkai jangan punggung
ü  Upayakan untuk memindahkan beban serapat mungkin dengan tubuh
ü  Lakukan gerakan secara menyeluruh dan upayakan agar bagian tubuh saling menopang
ü  Bila dapat kurangi jarak atau ketinggian yang harus dilalui korban
ü  Perbaiki posisi dan angkatlah secara bertahap
Hal-hal tersebut di atas harus selalu dilakukan bila akan memindahkan atau mengangkat korban. Kunci yang paling utama adalah menjaga kelurusan tulang belakang. Upayakan kerja berkelompok, terus berkomunikasi dan lakukan koordinasi.
ü  Mekanika tubuh yang baik tidak akan membantu mereka yang tidak siap secara fisik.
ü  Pengangkatan korban benturan keras / (curiga) trauma tulang belakang, minimal dilakukan oleh 5 orang sebagai berikut     :  1 orang bertugas melakukan manuver tekan rahang bawah, 3 orang lainnya bertugas mengangkat korban dan 1 orang lagi memposisikan tandu spinal untuk pemindahan korban. Setelah korban diletakkan pada alas yang keras, datar dan rata. Pastikan tidak ada perubahan posisi leher pada pasien trauma gunakan cerviccal coral sebelum melakukan pemindahan.
  MACAM – MACAM PEMINDAHAN PENDERITA
Pemindahan darurat dan pemindahan biasa / tidak darurat.
A.     Pemindahan darurat, tindakan ini hanya dilakukan bila : Adanya bahaya langsung terhadap penderita ( bahaya kebakaran, ledakan, bangunan tidak stabil dll ).
ü 4 macam teknik pemindahan darurat            :
1.     Tarikan Baju
2.     Fire Fighter Drag
3.     Tarikan Kain
4.     Tarikan Selimut
B.     Pemindahan biasa ; Bila tidak ada bahaya langsung terhadap penderita maka penderita hanya dipindahkan bila semuanya telah siap dan penderita selesai ditangani, yaitu :
ü Penilaian awal telah lengkap dilakukan.
ü Denyut nadi dan napas stabil serta dalam batas normal.
ü Tidak ada pendarahan luar tidak terkendali atau tidak ada indikasi pendarahan dalam.
ü Mutlak tidak ada cidera atau ada. Semua patah tulang sudah di mobilisasi.
ü Ada 3 macam teknik pemindahan biasa / tidak darurat
1.     Paggy Back ( gendong )
2.     Bopong
3.     Papah

3.4          PERALATAN PEMINDAHAN PENDERITA
–          Tandu Berdua / Tandu Ambulan

–          Tandu Lipat
–          Tandu Scop

–          Tandu kursi

–          Tandu selimut
–          Papan  spinal panjang dan pendek
3.5      TEKNIK MELEWATI HALANG RINTANG PP
A.     LORONG SEMPIT
1.     Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari Ambang lorong sempit.
2.     Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
3.     Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
4.     Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong setelah itu penolong dalam keadaan berdiri. Penderita dirapatkan dalam keadaan miring.
5.     Pembawa bendera mulai memasuki lorong empit dengan membawa tandu,setelah itu diikuti penolong yang membawa penderita. Pada waktu berjalan dilorong sempit harus dengan gerakan menyamping dan langkah para penolong harus teratur, menutup dan membuka kaki harus bersamaan.
6.     Kemudian diikuti anggota lainnya yang membawa peralatan TasP3K, dan lain –lain.
7.     Setelah melewati lorong sempit penderita dipindahkan kembali ke tandu, sejenak memeriksa keadaan penderita tandu diangkat dengan tertib dan meneruskan perjalanan.
B.     PAGAR TEMBOK
1.     Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari pagar tembok.
2.     Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
3.     Setelah menjajaki dan mencoba nya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
4.     Pelaksanaan pertama tandu diangkat tingggi oleh 4 orang penolong dengan posisi mendatar, pegangan tandu depan diletakan pada pagar tembok ± 2 jengkal dari ujung pegangan.
5.     Pembawa bendera meloncati tembok disusul dengan 2 penolong lainnya bagian depan pengangkat tandu.
6.     Setelah melewatinya. 2 penolong tersebut memegang kembali ujung tandu yang diletakkan pada tembok, kedilakukan gerakan menarik dari depan dan mendorong dari belakang sampai ujung tandu paling belakang ± 2 jengkal dari ujung pegangan diletakkan pada tembok.
7.     Kemudian 2 penolong yang mengankat tandu bagian belakang segera meloncati pagar tembok.
8.     Setelah selesai kembali mengatur posisi seperti semula dalam pengangkatan tandu.
9.     Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan
C.     GORONG – GORONG / URUNG URUNG
1.     Tandu diturunkan dulu dan diletakan ± 2M dari gorong – gorong.
2.     Pembawa bendera memeriksa keadaan dan mengadakan penjajakan dahulu dan meletakkan benderanya setelah melewatinya.
3.     Setelah menjajaki dan mencobanya sendiri, pemberi bendera memberitahukan tentang hasil penjajakannya kepada ketua.
4.     Pelaksanaan pertama penderita diangkat dari atas tandu oleh 3 orang penolong.
5.     Penderita segera dibaringkan atau ditelungkupkan ( tergantung Pada keadaan lukanya ) diatas punggung salah satu penolong yang sudah dalam posisi tiarap dan siap memasuki gorong – gorong. Badan penderita disatukan dan diikat kebadan penolong.
6.     Pembawa bendera terlebih dahulu dengan memasuki gorong – gorong dengan membawa tandu melewati gorong, kemudian kembali lagi dengan Posisi merayap , Penolong yang membawa penderita memegang pambawa bendera kemudian dibantu dengan anggota lainya dibelakang, serta disusul oleh Anggota lannya yang membawa tas P3K dan lain – lainnya..
7.     Setelah melewati semuanya, penderita segera diangkat kembali dan diletakkan ketandu.
8.     Sejenak melakukan pemeriksaan, kemudian melajuti perjalanan.
D.     BAHAYA UDARA
1.     Waktu mendengar tanda bahaya, segera mencari temapat yang sekiranya dianggap aman.
2.     Tandu penderita segera diletakkan dan para penolong segara tiarap,dan mencari tempat yang dianggap aman.
3.     Bagi pembawa bendera, bendera di letakkan / ditutupi pada penderita.
4.     Setelah tanda bahaya usai, kembali keposisi semula dan tandu penderita diusung kembali dan melanjuti perjalanan
E.        AMBULANCE
1.     Pembawa bendera menbuka pintu belakang Ambulance.
2.     Tandu penderita diturunkan dan diletakkan ± 2M agak menyamping sebelah kiri atau kanan dari pintu ambulance.
3.     2 Orang penolong mengeluarkan tandu khusus dari ambulance, persisi didepan ambulance.
4.     Penderita diangkat oleg 3 orang penolong dan dipindahkan ke tandu khusus ambulance.
5.     Kemudian tandu khusus tersebut diangkat oleh 4 penolong untuk dimasukkan kedalam ambulance.
6.     Selanjutnya tandu bawaan kosong dibawa dimasukkan kedalam ambulance bersama dengan 3 orang penolong lainnya, dan 3 orang penolong tersebut benrtindak untuk sebagai penjaga penderita.
7.     2 orang lain dapat duduk didepan sebelah pengemudi.
8.     Pintu Ambulance ditutup dengan rapat.

F.         RUMAH SAKIT
1.        Cara menurunkan penderita dari ambulance
Pembawa bendera turun terlebih dahulu, membuka pintu belakang ambulan.
2 orang lainya turun dari ambulan memegangi tandu dan mebuka kunci roda tandu.
Satu orang mengeluarkan tandu kosongdan disiapkan disamping kanan/ kiri ambulance.
Tandu khusus penderita ditarik keluardisambut oleh 2 orang penolong, kemudian diangkat sama-sama oleh 4 penolongkemduian diletakkan sejajra dengan tandu kosong.
Penderita diangkat oleg 3 penolong ketandu kosong.
Dengan 4 orang penolong tandu penderita dibawa masuk ruangan rumah sakit.
2.        Cara memindahkan penderita ketempat tidur
Sewaktu penderita diangkat masuk ruangan rumah sakit , pembawa bendera melapor kepada petugas poliklinik, kemudian segera mengatur dan membereskan tempat tempat tidur.
Setelah memasuki ruangan penderita diangkat oleh 3 penolong meletakkan ketempat tidur dengan rapi dan tertib

4.   BANTUAN HIDUP DASAR dan RESUSITASI JANTUNG PARU
4.1   BANTUAN HIDUP DASAR
Pada saat pertama kali menemukan penderita jika dalam melakukan penilaian dini, penolong menemukan gangguan pada salah satu dari ke tiga komponen, al : tersumbatnya jalan napas, tidak menemukan adanya napas dan atau tidak adanya denyut nadi. Menghadapi kasus seperti ini Pelaku Pertolongan Pertama harus menguasai dan melakukan tindakan yang dikenal istilah BANTUAN HIDUP DASAR. Karena tanpa menggunakan intervensi obat atau alat kejut jantung, jika sebaliknya disebut dengan Bantuan Hidup Lanjut (Advance Life Support). Khusus untuk BHD, penderita dibagi 3 , yaitu  :        Bayi    = 0 – 1 tahun, Anak = 1 – 8 tahun, dan Dewasa  =  > 8 tahun

“ SISTEM PERNAPASAN DAN SISTEM PEREDARAN DARAH ADALAH YANG UTAMA UNTUK HIDUP MANUSIA. JIKA SALAH SATU ATAU KEDUANYA TERGANGGU, ANCAMAN KEHILANGAN NYAWA SANGAT TINGGI “

Tubuh manusia dapat menyimpan makanan hanya beberapa minggu dan menyimpan air beberapa hari, tetapi hanya mampu menyimpan Oksigen hanya untuk beberapa menit saja ! Sistem Pernapasan memasok Oksigen ketubuh sesuai kebutuhan dan juga mengeluarkan Karbon Dioksida.
Sistem Sirkulasi inilah yang selanjutnya bertanggung jawab memberikan pasokan oksigen dan nutrisi keseluruh jaringan tubuh dan bertanggung jawab pula untuk membuang sisa –sisa makanan dari jaringan tubuh.
Langkah tindakan BHD :
A: AirwayControl (Penguasaan Jalan Napas)
B: BreathingSupport (Bantuan Pernapasan)
C: Circulatory Support (Bantuan Sirkulasi)
4.2   KOMPONEN-KOMPONEN SIRKULASI
4.2.1     JANTUNG
Sebagai pemompa darah ke seluruh tubuh, Bagian sebelah kiri menerima darah yang kaya dengan oksigen setelah diproses dari paru – paru untuk selanjutnya diedarkan ke seluruh tubuh.
Bagian sebelah kanan menerima darah dari tubuh dan meneruskan ke paru – paru untuk kembali diperkaya dengan oksigen.
Penyebab jantung berhenti :
  • PENYAKIT JANTUNG
  • GANGGUAN PERNAPASAN
  • SYOK
  • KOMPLIKASI PENYAKIT LAIN
4.2.2     PEMBULUH DARAH
1.      Arteri ( Pembuluh Nadi ) : Pembuluh darah yang mengangkut darah yang kaya oksigen ke seluruh tubuh. Darah yang keluar berwarna merah segar dan memancar ( merah terang )
2.      Kapiler ( Pembuluh Balik ) :Pembuluh darah yang mengangkut darah dari seluruh tubuh kembali ke jantung. Darah yang keluar mengalir dan berwarna merah gelap dan jika terluka hanya menetes.
3.      Vena ( Pembuluh Rambut ) : Arteri akan terbagi – bagi menjadi pembuluh yang lebih kecil sehingga dapat mencapai hingga lebih dekat dengan kulit. Darah yang keluar sangat sedikit dan kadang hanya berupa titik-titik perdarahan berwarna merah kehitaman.
ü  Denyut dapat dirasakan dengan mudah pada daerah dimana Arteri / Pembuluh Nadi berada dekat dengan kulit. Setiap kali jantung berdetak, anda dapat merasakan denyutnya pada sistem arteri.
ü  Lokasi pengecekan denyut yang paling mudah:
  • Radialis : Berada di pergelangan tangan
  • Carotis : Berada di leher
  • Femoralis : Berada di lipatan paha
  • Brachialis : Berada di Lengan atas
  • Dorsalis Pedis : Berada di Punggung kaki
  • Tibialis Posterior : Berada di Belakang mata kaki
4.2.3     DARAH
Komposisi darah terdiri atas sel darah putih, sel darah merah, dan plasma darah. Beberapa  fungsi  darah  antara  lain      :
1.     Membawa oksigen dan nutrisi ke seluruh tubuh.
2.     Membuang sisa-sisa makanan / zat sampah
3.     Melawan penyakit dan infeksi
4.     Kemampuan pembekuan darah
4.3         KEMATIAN
4.3.1      MATI KLINIS
  • Tidak ada napas dan nadi, bersifat reversibel.
  • Punya waktu 4 – 6 menit untuk diresusitasi tanpa kerusakan otak.
4.3.2      MATI BIOLOGIS
  • Terjadi 8 – 10 menit dari henti napas dan henti jantung, bersifat irreversibel.
  • Dimulai dengan kematian sel – sel otak.
4.3.3      TANDA-TANDA PASTI KEMATIAN
1.     Lebam mayat ( 20 – 30 menit )
2.     Kaku mayat ( 1 – 2 jam )
3.     pembusukan ( 6 – 12 jam)
4.     Tanda lainnya : cedera mematikan.
4.4   SUMBATAN JALAN NAPAS
Mengenal Sumbatan jalan napas :
4.4.1      SUMBATAN SEBAGIAN ( PARSIAL )
  • Pertukaran udara baik : diperlihatkan dengan batuk kuat
  • Pertukaran udara buruk : diperlihatkan dengan batuk lemah tidak efektif, nada tinggi, kulit abu kebiruan.
  • Suara napas memperlihatkan jenis sumbatan :
  • Suara dengkur: lidah jatuh menutup jalan napas
  • Suara lengking : kotak pita suara kejang ( spasme )
  • Suara bengek: jalan napas membengkak atau kejang
  • Suara kumur: darah, muntahan atau cairan lain di jalan napas.
4.4.2     SUMBATAN TOTAL
  • Tak dapat berbicara, bernapas atau batuk
  • Mencengkram leher dengan satu atau kedua tangan ( tanda universal ).
4.4.3     4  Koreksi  Sumbatan  Jalan  Nafas
1.    Hentakan perut (abdominal thrust) : letak titik penekanan pada pertengahan antara umbilicus dengan procesus xipoideus ( Dewasa ).
2.    Hentakan Dada (Chest Thrust) : letakkan titik penekanan pada pertengahan tulang dada ( Ibu hamil – Gemuk – Anak – bayi ).
3.    Pukulan punggung
4.    Sapuan jari  (Finger Sweep) :  Jika ada sumbatan/benda asing yang terlihat di dalam mulut. Teknik ini tidakboleh dilakukan pada bayi &anak kecil, kecuali benda asingnya sudah terlihat di dalam mulut.
4.4.4     Koreksi Sumbatan jalan napas pada dewasa sadar
ü  Bila seseorang sadar tidak dapat bicara, napas atau batuk :
  • Berikan sampai 5 x hentakan perut ( Heimlich manuver )
  • Periksa, apakah sumbatan benda asing sudah keluar
  • Bagi wanita hamil atau orang gemuk : Lakukan hentakan dada
ü  Ulangi siklus 5 x hentakan perut, sampai :
  • Korban bantuk mengeluarkan benda asing tersebut
  • Korban mulai bernapas atau batuk kuat
  • Korban menjadi tidak sadar
ü  Nilai kembali korban sesudah setiap 5 x hentakan
ü  Anda dapat melakukan kombinasi hentakan perut dengan pukulan punggung.










 4.4.5      Koreksi  Sumbatan  Jalan  Napas Pada  Dewasa Tidak Sadar
ü  Bila seseorang tidak sadar dan 2 inflasi tidak masuk dan sesudah reposisi, 2 inflasi tidak masuk lagi, lakukan :
  • Berikan 5 x hentakan perut dengan posisi mengangkang diatas korban.
  • Lakukan tekhnik sapuan jari


ü  Untuk anak : Tekhnik sapuan jari hanya bila benda terlihat jelas.

No comments:

Post a Comment