FILOSOFI PENCINTA ALAM
“Pencinta Alam”, kalimat yang kian menguat dan akhirnya menjadi bagian dari detak kehidupan masyarakat Indonesia.
Kalimat yang mudah diingat dan dekat dengan kehidupan ; Cinta dan Alam.
Komunitas kalimat tersebut umumnya berasal dari segmen masyarakat yang cukup terhormat, Mahasiswa ! Serta mereka yang menghargai kebebasan dalam kehidupan dan tidak sekedar hidup.
Komunitas tersebut lalu berusaha tegak berjalan dalam jepitan waktu, pancangkan panji kelembagaan di puncak kehidupan berbangsa yang kian gersang.
Jelang lima dekade terakhir komunitas tersebut masih ada dan tetap seperti itu. Wajarlah jika bukan hanya masyarakat yang ajukan sejumlah tanya tetapi ironisnya komunitas tersebut pun sebenarnya tanpa sadar tenggelam dalam kebingungan : Siapa sebenarnya mereka !
Komunitas ini ada tapi tidak eksis, memiliki waktu tanpa ruang, memiliki ruang tanpa materi, memiliki materi tanpa nilai, dan seterusnya.
“Pencinta Alam”, kalimat tersebut terkesan gampangan untuk dipahami sehingga sangat murah dijadikan tiket legitimasi dalam pergaulan sosial dan politik praktis.
“Pencinta Alam”, mudah diingat sering dilupakan.
“Pencinta Alam”, terlalu dekat untuk dijangkau.
Pertanyaan dasar :
Apa yang dimaksud dengan pencinta alam dan mahasiswa pencinta alam ?
Bagaimana proses memahami pencinta alam dan bagaimana mahasiswa pencinta alam berproses ?
Seperti apa tujuan manfaat pencinta alam dan mahasiswa pencinta alam ?
ada 2 (dua) pendekatan untuk dapat mengerti dan memahami arti “Pencinta Alam dan Mahasiswa Pencinta Alam”, yakni :
Pendekatan Filosofis
Pendekatan Historis
Pencinta Alam Pendekatan Filosofis Sandaran berpikir, bahwa :“Allah SWT telah menciptakan Alam dan Manusia”
Beberapa aspek maknawiah dari kebenaran umum diatas, antara lain :
Penegasan eksistensi keilahian Sang Maha Pencipta
Yang diciptakan Allah SWT ialah Alam dan Manusia
Alam dan Manusia adalah cermin eksistensi keilahian Sang Maha Pencipta
Alam dan Manusia menurut pandangan Allah SWT
Alam dan Manusia merupakan relasi keterikatan tak terpisahkan
Alam dan Manusia adalah ciptaan yang mengabdi kepada Sang Maha Pencipta
Proses interaksi antara Manusia dan Alam senantiasa disandarkan hanya kepada Sang Maha Pencipta – Allah SWT.
Apa yang dimaksud dengan Pencinta Alam?
Cerminan interaksi antara Manusia dan Alam inilah yang diejawantahkan dalam suatu kata / kalimat / istilah, yakni : Pencinta Alam.
Secara filosofis, Pencinta Alam hanyalah suatu istilah ekspresif dari hubungan Manusia dan Alam sebagai suatu sistem yang tunduk bersandar kepada Sang Maha Pencipta – Allah SWT.
Secara operasional, Pencinta Alam merupakan suatu statement tentang pentingnya menjaga keharmonisan hubungan antara Manusia dan Alam yang beralaskan kesadaran dan kecintaan.
Aplikatif, “Pencinta Alam” menjadi suatu konsepsi atau pun metode edukatif yang efektif dalam proses pembelajaran dan peningkatan kualitas diri manusia.
Kekeliruan dalam memahami “Pencinta Alam” selama ini terletak pada pendekatan gramatikal (“Pencinta = subjek, orang yang mencintai; “Alam” = Objek, yang dicintai; sehingga “Pencinta Alam = kumpulan orang – orang yang mencintai dan peduli terhadap alam).
Kekeliruan diatas adalah gambaran kekacauan dalam berpikir yang akhirnya bermuara pada anggapan bahwa “Pencinta Alam” merupakan suatu bakat / minat / hobbi / profesi serta terjebak dalam diskusi huruf “N”, dan menjadi sempurna saat tidak mampu membedakan antara “Pencinta Alam” dan “Petualangan”.
Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Pendekatan Filosofis
Mahasiswa Pencinta Alam merupakan organisasi kemahasiswaan yang berkedudukan dalam suatu intitusi pendidikan tinggi yang dibentuk sebagai wadah pendidikan kepencintaalaman.
Dalam penyelenggaraanya diharapkan dapat menyampaikan secara tepat hal – hal yang dimaksud dengan pendidikan kepencintaalaaman.
Secara filosofis ketika “Pencinta Alam” dilembagakan (mpa = mahasiswa pencinta alam ; kpa = kelompok pencinta alam) akan berpotensi untuk mengenyampingkan nilai kepencintaalaman dalam pencapaian tujuan politik kelembagaannya.
Bagaimana proses memahami Pencinta Alam?
Prosesnya : Pendidikan dan Belajar !
Syarat sesuatu dapat dikatakan mengandung unsur “Pendidikan”, jika dalam prosesnya mennyampaikan nilai – nilai dasar kemanusiaan.
Manusia terlahir sebagai pembelajar, tetapi setelah manusia beranjak besar menjadi enggan untuk belajar.
Belajar merupakan proses keilmuan diri dan kedirian ilmu;
dan tidak tinggi hati merupakan syarat dasar dalam proses belajar;
sehingga tujuan belajar agar dapat membedakan hal baik dan hal buruk dapat tercapai.
Cara belajar yang terbaik bagi komunitas pencinta alam ialah berkunjung ke Alam Bebas (bahkan ini menjadi semacam hukum dasar).
Pada dasarnya Alam Bebas itu tidak nyata.
Alam Bebas hanya ada dalam bentuk wacana dan mimpi manusia.
Alam Bebas merupakan suatu dimensi yang terbuka bagi siapa saja dan memberikan kebebasan kepada siapa saja yang mengunjunginya.
Proses masuk berkunjung / beraktivitas di alam bebas itulah yang disebut Petualangan, yakni; Suatu tindakan memasuki dimensi ketidaktahuan, penuh misteri dan sarat kejutan atau hal – hal yang tidak terduga.
Kedudukan “Pencinta Alam” sangat berbeda dengan “Petualangan”, tetapi memiliki keterkaitan erat dan tidak dapat dipisahkan.
Komunitas “Pencinta Alam” dalam prosesnya akan melakukan aktivitas petualangan atau dengan kata lain, bahwa;
Tidaklah sama kedudukan komunitas Pencinta Alam mendaki gunung dengan pendaki gunung mendaki gunung.
Tujuan manfaat Pencinta Alam
Membangun pemahaman yang dalam terhadap hubungan Sang Maha Pencipta Allah SWT – Manusia – Alam.
Membangun pemahaman yang kokoh terhadap konsepsi Alam dan Manusia.
Membangun kesadaran terhadap fungsi dan kedudukan sebagai Manusia.
Pencinta Alam Pendekatan Historis
Sisi sejarah “Pencinta Alam” erat terkait pada perjalanan sejarah mpa (mahasiswa pencinta alam) dengan sandaran berpikir, bahwa : “Istilah Pencinta Alam”secara resmi dikenal melalui organisasi mahasiswa pencinta alam”
Indonesia era tahun 1960-an;
Merupakan salah satu era transisi dalam berbangsa. yang sangat mempengaruhi alam pemikran masyarakat Indonesia.
Perekonomian hancur, angka kemiskinan sangat tinggi, korupsi merajalela, kedaulatan NKRI belum tuntas, trikora dicanangkan untuk membebaskan Irian Barat, suhu politik memanas, Badan kepanduan Indonesia menjadi Pramuka, Pencetusan kelahiran WANADRI – Perhimpunan pendaki gunung dan penjelajah rimba (suatu organisasi kepetualangan), kemunculan angkatan 66, G30SPKI dan Supersemar serta kejatuhan orde lama, dll dst.
Ditengah buruknya cuaca Ipoleksosbud di Indonesia pada sat itu, perlahan nan pasti, tumbuhlah pohon pencinta alam yang kini telah menjadi ribuan pohon dengan aneka rasa buah warna dan dedaunan. Pohon – pohon tersebut senantiasa tumbuh dan berkembang; karena cinta adalah anugerah Illahi yang selalu hadir di sembilan alamnya.
Aliran kecil jejak sejarah pertumbuhan pohon tersebut berawal dari Fakultas Sastera Universitas Indonesia (FSUI), kampus Salemba Jakarta, melalui sebuah kelompok kecil (small group) bernama FM atau Fakir Miskin yang dipelopori oleh Soe Hok Gie.
Masuk kampus dengan pakaian compang camping dan bertelanjang kaki merupakan gambaran penampilan teatretikal anggota FM untuk mengekspresikan keadaan masyarakat Indonesia yang sangat miskin .
Pucuk kegelisahan FM terhadap keadaan akan dinyatakan dalam aksi demonstrasi untuk menyampaikan pemikiran yang cerdas dan Indonesialis.
Untuk menjaga kemurnian perjuangan FM dilakukan dengan cara Mendaki Gunung; Bagi mereka ke gunung merupakan suatu upaya untuk membersihkan diri dan membuka cakrawala berpikir.
Soe Hok Gie, seorang Tionghoa nasionalis dan salah seorang tokoh pergerakan mahasiswa Indonesia, melalui pemikiran inspiratif bersama sejumlah mahasiswa FSUI, pada penghujung tahun 1964 membentuk wadah membentuk wadah perjuangan yang diberi nama IMPALA (Ikatan Mahasiswa Pencinta Alam) FSUI.
Pada tahun 1970, langsung atau tidak langsung, sosok Soe Hok Gie ikut memberi jiwa dalam penyatuan small group dan membentuk wadah yang selanjutnya dikenal dengan MAPALA – UI.
Small group yang dimaksud merupakan kelompok – kelompok pergerakan perjuangan mahasiswa yang warna kegiatannya menyatukan fungsi mahasiswa sebagai social controle dan kegiatan kepetualangan;
Substansinya tidak berada pada tataran nama small group yang harus memiliki nuansa inisial cinta dan alam tetapi lebih kepada tujuan manfaat dalam konteks berbangsa dan bertanah air.
Kelompok apa saja yang menggunakan inisial bernuansa pencinta alam di Universitas Indonesia saat itu, bukan menjadi titik keistimewaan karena lebih internalistik dan belum “layak jual”, sehingga hanya melalui nama MAPALA – UI, jejak sejarah diperkenalkannya secara resmi istilah “Pencinta Alam”, menjadi lebih jelas, rasional dan berkekuatan hukum ( MAPALA – UI organisasi legal formal dan bukan small group).
Meskipun kehadiran nama MAPALA – UI terjadi pada tahun 1970 tetapi tahun kelahiran organisasi tersebut tidak mengacu pada tahun tahun 1970. Hal ini memberikan indikasi tentang adanya pertimbangan politik strategis yang jauh kedepan.
Untuk itu dapat ditegaskan bahwa :
Istilah “Pencinta Alam” untuk pertama kali secara resmi diperkenalkan oleh organisasi MAPALA – UI pada tahun 1970.
Penyampaian istilah tersebut tidak diikuti dengan suatu penjelasan yang mendalam dan universal sesuai kaidah keilmuan dan filosofis.
Mahasiswa Pencinta Alam (MPA) Pendekatan Historis
Bersandar pada pertimbangan tersebut diatas, maka dapat dikatakan bahwa :
Nama organisasi kepencintaalaman dengan akronim MAPALA (Mahasiswa Pencinta Alam) untuk pertama kali diperkenalkan oleh MAPALA – UI.
Situasi kehidupan IPOLEKSOSBUD bangsa dan Negara pada era tersebut ikut mempengaruhi warna dan proses kelahiran MAPALA – UI.
Landasan perjuangan MPA (Mahasiswa Pencinta Alam) telah dipersiapkan oleh SOE HOK GIE (1969), sebagai berikut :
Kami jelaskan apa sebenarnya tujuan kami
Kami katakan bahwa :
Kami adalah manusia – manusia yang tidak percaya pada slogan Patriotisme tidak mungkin tumbuh dari hipokrisi dan slogan – slogan Seseorang hanya dapat mencintai sesuatu secara sehat kalau ia mengenal objeknya dan mencintai tanah air Indonesia dapat ditumbuhkan dengan mengenal Indonesia bersama rakyatnya dari dekat Pertumbuhan jiwa yang sehat dari pemuda harus berarti pula pertumbuhan fisik yang sehat. Karena itu Kami naik gunung”
Statement diatas disampaikan Soe Hok Gie melalui sebuah media cetak nasional, usai melakukan pendakian di gunung Slamet tahun 1969;
Statement tersebut adalah cermin tingkat kesadaran dan kecerdasan Soe Hok Gie sebagai seorang mahasiswa pencinta alam dalam berbangsa dan bernegara.
Soe Hok Gie telah menjawab mengapa mahasiswa pencinta alam mendaki gunung serta meletakkan visi mahasiswa pencinta alam (mpa) Indonesia.
Melalui statement Soe Hok Gie tersebut, tersirat menjadi contoh bagaimana menjadi mahasiswa pencinta alam yang sebenarnya, terutama dalam konteks psikologis, berbudaya, bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
sumber: http://garrylinekera.blogspot.co.id/2013/09/arti-pecinta-alam-atau-filosofi.html
No comments:
Post a Comment