Wednesday, May 4, 2016

MOUNTAINEERING




Mendaki gunung merupakan aktivitas yang keras, penuh petualangan dan kegiatan ini membutuhkan keterampilan, kecerdasan, kekuatan dan daya juang yang tingggi. Bahaya dan tantangan seakan hendak mengungguli merupakan daya tarik dari kegiatan ini. Pada hakekatnya bahaya dan tantangan tersebut adalah untuk menguji kemampuan diri dan untuk bisa menyatu dengan alam. Keberhasilan suatu pendakian yang sukar berarti keunggulan terhadap rasa takut dan kemenangan terhadap perjuangan melawan diri sendiri. Pada dasarnya pendaki harus memiliki motivasi yang jelas, terarah, dan tidak merugikan diri sendiri.
Di Indonesia kegiatan mendaki gunung mulai dikenal sejal 1964 ketika pendaki Indonesia dan Jepang melakukan suatu ekspedisi gabungan dan berhasil mencapai puncak Soekarno di Pegunungan Jayawijaya. Pendaki Indonesia tersebut adalah Soedarto, Soegirin dan Fred Atabe dari jepang. Pada tahun yang sama(1964) mulailah berdiri perkumpulan-perkumpulan pendaki gunung, dimulai berdirinya Perhimpunan Penempuh Rimba dan Pendaki Gunung WANADRI di Bandung dan mahasiswa Pencinta Alam Universitas Indonesia (MAPALA UI) di Jakarta kemudian diikuti oleh perkumpulan-perkumpulan lainnya di berbagai kota di Indonnesia.
1. Persiapan Bagi Seorang Pendaki Gunung
    Untuk menjadi seorang pendaki gunung yang baik diperlukan beberapa persyaratan, antara lain :
      I.        Mental
Seorang pendaki gunung harus tabah dalam mengahdapi berbagai kesulitan dan tantangan di alam terbuka. Tidak mudah putus asa dan berani. Berani disini, yaitu sanggup menghadapi tantangan dan mengatasinya secara bijaksana dan juga berani mengakui keterbatasan kemampuan yang dimiliki.
    II.        Pengetahuan dan keterampilan
Meliputi pengetahuan serta keterampilan tentang  tali temali, navigasi darat, cuaca dan teknik-teknik pendakian, pengetahuan tentang alat pendakian,, pertolongan pada keadaan darurat, bertahan hidup di alam bebas dan sebagainya.
   III.        Kondisi fisik yang memadai
Ini dapat dimengerti karena mendaki gunung termasuk olahraga yang berat. Berhasil dan tidaknya suatu pendakian salah satunya bergantung pada kekuatan fisik. Untuk itu agar kondisi fisik tetap baik dan siap selama perjalanan haruslah selalu berlatih.
   IV.        Etika
Harus kita sadari sepenuhnya bahwa seorang pendaki gunung adalah bagian dari masyarakat yang memiliki kaidah-kaidah dan hukum-hukum yang berlaku harus kita pegang teguh. Mendaki gunung tanpa memikirkan keselamatan diri sendiri bukanlah sikap yang terpuji sebagaimana juga bila kita tidak menghargai sikap dan pendapat masyarakat disekitar kita pada kegiatan mendaki gunung yang kita lakukan. Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam setiap pendakian   :
ü  Jumlah anggota dalam setiap pendakian minimalnya 3 orang, kecuali kalau pendukung yang telah diatur sebelumnya cukup memadai.
ü  Jagalah agar anggota kelompok tetap bersama.
ü  Janganlah mendaki diluar / melebihi batas kemampuan diri sendiri dan tim.
ü  Bawalah setiap saat makanan, pakaian, peralatan dan perlengkapan secukupnya.
ü  Tinggalkanlah daftar Rencana Operasional Perjalanan dan daftar barang bawaan kita pada orang yang berkepentngan (keluarga, organisasi, dsb).
ü  Ikutilah aturan / saran dari para pendaki gunung yang sebelumnya telah mendaki gunung tersebut, melalui buku-buku atau sumber informasi lainnya.
ü  Berusahalah untuk bertindak / berlaku bijak sebagai Pencinta Alam yang benar-benar menjaga kelestarian alam & lingkungan dalam setiap kesempatan mendaki gunung.
2.    Jenis Perjalanan / Pendakian
Mountaineering dalam arti luas adalah suatu perjalanan yang meliputi mulai dari hill walking sampai pada ekspedisi pendakian ke puncak-puncak yang tinggi dan sulit dengan memakan waktu  yang lama, berhari-hari bahkan berbulan-bulan. Menurut kegiatan dan jenis medan yang dihadapi, mountaineering dapat dibagi menjadi :
I.      Hill Walking
Perjalanan mendaki bukit-bukit yang relative landai dan yang tidak atau belum membutuhkan peralatan-peralatan. Untuk pengaman jalur lintasan biasanya tali dipasang.
II.    Scrambling
Pendakian pada permukaan yang tidak terlalu terjal, namun tangan digunakan untuk keseimbangan. Namun bagi pemula, sebaiknya dipasang tali untuk pengaman jalur lintasan dan mempermudah perjalanan.
 III.  Climbing
Kegiatan pendakian ini membutuhkan tekhnik pemanjatan dan penguasaan peralatan tekhnis. Climbing terbagi atas 2 (dua) bagian, yakni     :
  1. Rock Climbing
Pendakian yang dilakukan pada pemanjatan tebing batu yang cukup terjal.
  1. Snow & Ice Climbing
Pendakian pada dinding yang permukaannya tertutup salju dan es. Dalam hal ini peralatan khusus sangat dibutuhkan seperti ice axe, crampon, ice screw, dsb.
   IV.  Mountaineering
Merupakan gabungan perjalanan dari semua bentuk pendakian diatas. Bisa berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan. Disamping penguasaan teknik dan peralatan mendaki,  yang perlu dikuasai pula yaitu manajemen perjalanan dan perbekalan.
3.    SISTEM PENDAKIAN
I.    Himalayan system
Adalah system pendakian yang dipergunakan untuk perjalanan pendakian panjang, memakan waktu berminggu-minggu. System ini berkembang pada pendakian ke puncak-puncak pegunungan Himalaya. Kerjasama kelompok dalam system ini terbagi dalam beberapa tempat peristirahatan (base camp, fly camp). Walaupun hanya satu anggota tim yang berhasil mencapai puncak, pendakian ini dapat dikatakan berhasil.
II.  Alpine system
Adalah system pendakian yang berkembang di pegunungan Alpen pada khususnya dengan tujuan agar semua pendaki mencapai puncak bersama-sama. System ini lebih cepat karena pendaki tidak perlu kembali ke base camp., karena perjalanan dilakukan secara bersama-sama dengan terus maju membuka Flying Camp.
4.    Manajemen Perjalanan
I.            Pra – Perjalanan
Yang paling penting dalam memulai setiap perjalanan adalah Motivasi yang mendorong terjadinya suatu perjalanan. Selanjutnya hal inilah yang akan menjadi tolak ukur selanjutnya. Hal-hal yang harus dipersiapkan sebelum memulai perjalanan adalah sbb :
I.1.      Mengumpulkan informasi dari aktivitas yang akan dilakukan. Informasi tersebut antara lain adalah :
  • Menentukan tujuan kegiatan dan jenis medan.
  • Menetukan lokasi dan lamanya waktu perjalanan
  • Data tentang daerah tersebut, bisa didapat dari yang sudah pernah ke tempat tersebut sebelumnya atau dari peta daerah tersebut.
  • Akses menuju lokasi.
I.2.     Mempersiapkan  diri sendiri dan tim yang akan melakukan perjalanan, yang meliputi :
  • Latihan Fisik. Untuk meningkatkan ketahanan dan kekutan tubuh dalam menghadapi kondisi dan cuaca alam yang liar. Sadari kemampuan fisik dalam perjalanan.
  • Menentukan dan mengumpulkan Logistik yang mencakup  perlengkapan peralatan pribadi, tim dan khusus, serta perbekalan makanan untuk seluruh personil dan cadangannya.
Pada  perjalanan yang berat, dalam 1 (satu) hari setiap orang membutuhkan asupan makanan 5000 Kal dan 2 liter air.
  • Teammate. Hanya dengan komunikasi yang baik dan Mengenal lebih dalam tentang teman-teman seperjalanan kita dapat mengetahui hal-hal khusus dari personil tim. Misalnya penyakit khusus, kebiasaan yang menyimpang, dll dari rekan kita.
I.3      Penjadwalan kegiatan, yang mencakup     :
  • Membuat Time Schedule, yang dimaksud disini adalah penjadwalan kegiatan terhitung sejak dimulainya perencanaan, persiapan  hingga pengakhiran perjalanan
  • Membuat Rencana Operasional Perjalanan (ROP), termasuk menetukan titik start, camp dan titik finish.
I.4      Evaluasi dari persiapan yang telah dilakukan.
II.          Teknis Perjalanan
Yang paling penting saat pendakian adalah melakukan AKLIMATISASI,yaitu menyesuaikan tubuh dengan kondisi di ketinggian yang memiliki cuaca, tekanan udara dan suhu yang berbeda dari biasanya.
II.1      Pengaturan perjalanan, misalnya  pembagian tim yang dibagi dalam kelompok kecil berikut logistiknya dan timing  perjalanan agar sesuai dengan yang telah direncanakan sebelumnya (ROP)
II.2      Teknik berjalan saat pendakian
  • Saat menanjak   :  Jalan seperti biasa dan jangan mengangkat kaki terlalu tinggi dari lintasan dengan irama tetap (konstan). Untuk mempermudah aklimatisasi, dapat dilakukan dengan cara menyamakan irama langkah dan nafas kita.
  • Saat istirahat     : Jika hanya sementara jangan duduk santai. Ketika istirahat besar, usahakan agar posisi kaki lebih tinggi dari kepala agar darah dapat mengalir kembali ke otak.
  • Saat turun         :  Jangan gunakan tumit sebagai tumpuan
II.3      Evaluasi pergerakan sehari-hari, misalnya  tentang kesesuaian perjalanan dengan ROP, kondisi tim, perbekalan.
II.4      Kondisi Darurat
  • Menurunnya kemampuan fisik.
  • Ketika perlengkapan peralatan dan perbekalan makanan tidak mencukupi.
  • Ketika kehilangan orientsasi medan
III.       Pasca Perjalanan
III.1    Periksa kondisi peralatan yang telah digunakan
III.2    Bersihkan peralatan yang kotor.
  • Dengan air murni dan jangan disiram dengan sabun (sleeping bag di dry clean)
  • Jangan  dijemur langsung terkena sinar matahari
  • ketika disimpan lebih baik digantung dan jangan dilipat
III.3    Membuat Laporan Perjalanan yang telah dilakukan dengan tujuan agar memiliki data valid tentang perjalanan yang dilakukan tersebut. Kumpulkan data yang didapat selama perjalanan, antara lain :
  • Jadwal hasil kegiatan
  • Kronologis kegiatan
  • Hasil evaluasi selama di lapangan
  • Peralatan yang digunakan
  • Laporan keuangan
  • Hasil yang didapat dari perjalanan yang dilakukan
  • Dokumentasi foto / video
  • dsb

 5.    Perlengkapan Peralatan dan Perbekalan Makanan
Berguna agar kita tidak sengsara dan kelaparan selama perjalanan atau pendakian yang kita lakukan. Jika kita melakukan perjalanan 3 hari, maka bawalah bekal untuk 5 hari gunanya yaitu untuk menghadapi kondisi darurat. Setelah menentukan perjalanan yang akan dilakukan, barulah kita dapat menetukan perlengkapan dan perbekalan regu dan perorangan yang dapat dibagi menjadi  :
  1. Perlengkapan Komunikasi
  2. Perlengkapan Pribadi
  3. Perlengkapan Tidur
  4. Perlengkapan Masak dan Makan
  5. Perlengkapan Jalan (Dokumentasi, Navigasi, P3K, Survival)
  6. Perlengkapan Khusus
Dalam merencanakan perjalanan, perencanaan perbekalan perlu mendapat perhatian khusus, beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam perencanaan perbekalan, yaitu           :
  1. Lamanya perjalanan
  2. Aktifitas apa saja yang akan dilakukan
  3. Kondisi medan dan cuaca yang akan dihadapi
Sehubungan dengan hal tersebut di atas, maka ada beberapa persyaratan khusus yang harus diperhatikan            :
  1. Cukup mengandung kalori dan mempunyai komposisi yang memadai dan tidak asing di lidah.
  2. Terlindung dari kerusakan, tahan lama dan mudah / sederhana dalam mengolahnya.
  3. Sebaiknya makanan yang siap pakai atau tidak perlu memasaknya terlalu lama, irit bahan bakar dan air.
  4. Ringan dan mudah dibawa
Untuk merencanakan komposisi bahan makanan agar sesuai dengan syarat di atas, kita dapat mengkajinya dengan langkah sebagai berikut :
  1. Informasi tentang kondisi medan, perkiraan cuaca, aktifitas yang dilakukan dan lamanya waktu perjalanan. Perhitungan jumlah kalori yang dibutuhkan
  2. Susun daftar makanan yang memenuhi syarat di atas, kemudian buatlah daftar menu makanan dan hitunglah total kalorinya setelah siap dimakan.
  3.  Persiapkan vitamin dan mineral untuk suplemen tambahan, secukupnya.
Setelah mengkaji  hal – hal di atas, kita dapat membandingkan mana yang banyak mengandung hidrat arang, lemak, maupun protein. Untuk lebih jelasnya bisa dilihat di table komposisi bahan makanan (Depkes RI, Dit. Gizi).
ü  Kandungan kalori Hidrat Arang 4 kal/gr, Lemak 9 kal/gr, protein 4 kal/gr. (Rangking tercepat yang menjadi kalori)
ü  Kebutuhan kalori per 100 pounds berat badan:
  1. Metabolisme Basal  1100 kal
  2. Aktifitas Tubuh (kalori / jam)
Jalan Kaki 2 mil/jam                           45 kal
                3 mil/jam                           90 kal
                4 mil/jam                          160 kal
Memotong kayu / nebas                     260 kal
Makan                                               20 kal
Duduk (diam)                                     20 kal
Bongkar pasang ransel, bikin camp, dll         50 kal
Menggigil                                           220 kal
3.   Specific Dynamic Activity (Factor) : ( 6% – 8%) dari I dan II
4.   Total kalori dibutuhkan      :           I + II + III
Mengingat pentingnya penyusunan perlengkapan dan perbekalan dalam suatu perjalanan, maka sebelum memulai kegiatan disusun terlebih dahulu sebuah daftar (check-list), perlengkapan dan perbekalan kita kelompokkan lalu kita teliti lagi mana yang perlu dibawa atau tidak.
6.    Menyusun Perlengkapan Dalam Ransel (Packing)
Yang menjadi dasar dari pacing adalah keseimbangan. Bagaimana kita menumpukan berat badan pada tubuh sedemikian rupa sehingga  kaki dapat bekerja seefisien mungkin. Dalam batas-batas tertentu frame yang dimiliki ransel dapat memberikan kenyamanan sewaktu menggendong beban. Namun bagaimanapun baiknya desain ransel yang dimiliki akan sedikit artinya apabila kita tidak mampu menyusun barang dengan baik. Berikut ini adalah prinsip pengepakan barang ke ransel (packing) :
  1. Kelompokkan barang – barang dan masukkan ke dalam kantong plastic atau kantong parasit, terutama pakaian tidur / cadangan, kertas / buku, dll.
  2. Tempatkan barang yang lebih berat setinggi dan sedekat mungkin dengan badan kita. Barang – barang yang lebih ringan ditempatkan dibagian bawah.
  3. Letakkan barang yang sewaktu – waktu diperlukan cepat, dibagian atas atau pada kantung luar (ponco, air minum, P3K, survival kit, dsb).
Semua hal ini ditujukan agar beban lebih dekat ke pundak dan tidak dperlu membongkar ransel dalam kondisi yang memerlukan reaksi cepat.

No comments:

Post a Comment